Membaca artikel encouragement yang berjudul "The Events of Your Past Will never Change" di inbox email saya pagi initentang masa lalu yang takkan pernah berubah yang dikirim dari www.yourvoiceofhope.com yang ditulis oleh Rev. Steve Smith membuat saya tersadar dan diingatkan kembali bahwa segala sesuatu yang pernah terjadi dalam kehidupan masa lampau kita adalah sejarah yang takkan pernah bisa berubah dan diubah. Isi artikel tersebut, apabila diterjemahkan dengan bahasa Inggris saya yang pas-pasan menjadi: "Masa lalu kita takkan pernah bisa berubah dan diubah. Tak satupun dari kita yang dapat mengubah segala Kejadian di masa lalunya. Apa dan bagaimanapun ianya dulu, semuanya telah terjadi dan telah berlalu. Namun satu hal yang perlu kita camkan adalah bahwa KITA DAPAT BERUBAH. Segala keputusan, pilihan dan juga hidup yang kita pilih merupakan hak pribadi kita saat ini. Setiap kita memiliki kuasa untuk memilih, mengubah dan merencanakannya. Lupakanlah masa lalu karena ianya pasti takkan pernah terulang. Bentuk dan bangunlah sebuah visi ke dalam hari-hari terbaik kita ke depan!" Artikel di atas menjadi suatu bahan renungan bagi saya pagi ini karena saya sadar bahwa apapun yang pernah terjadi di masa lampau takkan pernah kembali. Masing-masing kita pasti mempunyai masa lalu, baik itu yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, yang manis maupun yang pahit, yang indah maupun yang buruk sekalipun. Namun saat ini kita mempunyai kuasa untuk menentukan pilihan akan hidup kita. Kita hidup bukan untuk masa lalu melainkan hidup untuk hari ini dan esok. Baik buruknya yang pernah kita alami di masa lalu takkan pernah bisa diubah, yang ada adalah kita dapat mengubah diri kita menjadi lebih baik dengan belajar dari masa lalu tersebut. Masa lalu bukanlah untuk ditangisi dan disesali! Orang yang terpuruk dan hanya menyesali ataupun membanggakan pencapaian di masa lalunya takkan pernah bisa bangkit dan susah untuk maju. Kita juga tidak dapat menghakimi orang lain dari masa lalunya. Setiap orang pasti berhak melakukan kesalahan di masa lalunya karena tidak ada orang yang tidak berdosa di dunia ini. Setiap orang pasti tidak pernah menginginkan hal-hal yang buruk terjadi dalam kehidupannya, bahkan seandainya kita bisa memutar waktu, kita pasti ingin kembali ke masa lalu dan memperbaiki hal-hal yang salah yang pernah terjadi agar semuanya bisa lurus dan indah, namun itu adalah suatu hal yang mustahil dilakukan. Merubah dan memperbaiki hanya dapat dilakukan saat ini dan esok saja. Apabila kita ingin meninggalkan sejarah yang indah, berarti kita dituntut untuk harus lebih berhati-hati dan melakukan kebenaran sehingga tidak akan timbul penyesalan nantinya. Satu hal lagi yang perlu kita ingat bahwa kita tidak boleh menghakimi, baik diri sendiri maupun orang lain. Janganlah menghakimi agar kita tidak dihakimi. Setiap orang pasti tidak ingin disudutkan dan diungkit-ungkit tentang dengan masa lalunya. Menghakimi orang lain sama halnya kita merasa diri kita benar dan tidak pernah melakukan kesalahan. Menghakimi orang lain juga berarti kita menghambat orang tersebut untuk bangkit dan berubah. Sama halnya juga apabila kita menghakimi diri sendiri atas kesalahan-kesalahan di masa lalu kita, hal tersebut akan menghalangi kita untuk melihat ke depan dan bangkit dari keterpurukan. Jadi, keputusan dan pilihan ada di tangan kita! Apakah kita masih tetap ingin menangisi masa lalu dan tetap tinggal dalam kubangan yang sama atau ingin melupakan masa lalu dan menjadikannya sebagai pelajaran dan cambuk untuk bangkit meraih masa depan yang penuh dengan sukacita dan berkat. Masa depan yang indah tersedia bagi orang yang mau bangkit dan memperbaiki diri. Kita lakukan yang terbaik dan serahkanlah kepada Tuhan untuk melengkapi dan menyempurnakannya. Terinspirasi dari artikel "The Events of Your Past Will never Change" -nya Rev. Steve Smith,
Senin, 08 Agustus 2016
Musik = Mood Happy
Musik yang setiap hari selalu kita dengar memiliki kekuatan khusus untuk menggerakkan emosi kita. Musik bisa membuat kita menjadi riang, sedih, bahkan bisa membuat seseorang terharu dan menetekan air mata. Betapa kuatnya pengaruh beberapa bait syair yang dimainkan dengan alunan kord-kord sederhana sebuah lagu.

Tahukah anda bahwa studi ilmiah telah menemukan bahwa musik memang benar-benar bisa mengubah suasana hati kita, dan bahkan bisa membantu kita untuk berkonsentrasi. Para ahli telah melihat efek musik yang memiliki kekuatan yang mungkin bisa membantu Anda untuk mengikuti sebuah perlombaan, mempersiapkan ujian, atau menghilangkan stres.
Tentang musik
Penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan lagu bisa memberikan efek yang nyata pada berbagai bagian otak yang bertanggung jawab terhadap beberapa aspek, seperti memori dan visual. Menurut seorang psikolog dari London, Dr Victoria, mendengarkan musik bisa mempengaruhi reaksi yang sangat luas dalam tubuh dan pikiran,dan beberapa bagian otak bisa diaktifkan oleh sebuah musik.
Sebuah penelitian terbaru di Kanada menunjukkan bahwa ada hubungan kausal yang nyata antara musik dan sistem reward, yaitu bagian inti dari otak yang bereaksi terhadap rangsangan yang positif bagi kita – seperti makan, minum, dsb dan memperkuat perilaku ini agar kita melakukannya lagi.
Jadi apa manfaat yang bisa kita dapatkan melalui mendengarkan musik?
Meningkatkan mood atau suasana hati
Beberapa orang mendengarkan musik untuk membantu memberikan dorongan pada saat melewati hari yang berat, sementara yang lain mungkin mendengarkan musik agar tetap terjaga selama menyetir mobil.
Setiap orang bereaksi terhadap musik dengan cara yang berbeda. Satu orang mungkin menyukai musik metal atau dangdut, sementara yang lain akan merasa bahagia jika mendengarkan Mozart.
Apapun pilihan jenis musik Anda, sebuah penelitian tahun 2011 di Kanada yang diterbitkan pada Nature Neuroscience, telah menunjukkan bahwa memainkan musik favorit bisa membantu mencairkan suasana hati yang buruk.
Para peneliti di McGill University di Montreal menunjukkan bahwa mendengarkan musik yang menyenangkan memicu pelepasan hormon bahagia yaitu dopamin.
Otak sangat rumit – dan ada banyak sekali unsur yang bisa ikut menciptakan perasaan senang atau bahagia – dan tidak mengherankan jika penelitian menunjukkan adanya pelepasan dopamin, yang berhubungan dengan perasaan senang karena mendengarkan musik.
Membantu lebih Fokus
Musik bahkan mungkin dapat membantu Anda berkonsentrasi.
Sebuah ‘tonic digital’ baru yang disebut Ubrain, yang bisa diunduh ke smartphone, diklaim bisa membantu orang untuk bisa fokus, berenergi, bangkit, serta bersantai.
Proses ini menggunakan dua ketukan yang berbeda pada tiap telinga, yang bertujuan untuk menciptakan sebuah binaural beat, yang dapat merangsang aktivitas tertentu di dalam otak.
Dengan membantu otak untuk menghasilkan gelombang tertentu, maka kita dapat menginduksi bagian yang berbeda dari kewaspadaan, tergantung pada tujuan apa yang akan kita lakukan. – jelas seorang psikolog klinis yang berbasis di Paris Brigitte Forgeot.
Jika kita merasa cemas atau stres, kita bisa mendorong korteks serebral diotak untuk menghasilkan gelombang frekuensi alpha yang lambat. Sementara di ujung skala lain, jika kita membantu korteks untuk menghasilkan gelombang beta cepat, kita akan lebih siap untuk berkonsentrasi dan memusatkan perhatian kita pada tugas yang cukup panjang.
Kemampuan berjalan lebih lama
Pilihan lagu terbaik untuk olahraga adalah lagu yang memiliki beat yang sesuai dengan tempo langkah kita berjalan, karena bisa menghasilkan efek metronomic pada tubuh, yang memungkinkan kita mampu berjalan lebih lama. Dan mendengarkan musik tertentu sebenarnya bisa membantu kita bisa berlari lebih cepat.
Sebuah studi di Brunel University di London Barat telah menunjukkan bahwa musik dapat membantu untuk meningkatkan daya tahan tubuh sebanyak 15 persen, membantu menurunkan persepsi usaha selama olahraga, serta meningkatkan efisiensi energi hingga satu atau tiga persen.
Kesehatan mental yang lebih baik
Musik bisa sebagai pengobatan yang efektif dan positif bagi orang-orang yang berurusan dengan kondisi kesehatan mental.
Ada dua cara terapi musik yang berbeda bisa digunakan: Baik sebagai sarana komunikasi dan ekspresi diri,dan untuk restoratif atau penyembuhan.
Seseorang sangat mungkin untuk menggunakan musik untuk mengekspresikan hal-hal yang tidak dapat mereka ungkapkan dengan kata-kata. Hal ini juga bisa bertindak sebagai stimulus untuk membangkitkan kenangan lama yang telah terkubur atau untuk membangkitkan tanggapan emosional yang mungkin akan memakan waktu berminggu-minggu untuk bisa disampaikan.
Melepaskan stres
Hampir sepertiga dari orang yang mendengarkan musik bertujuan untuk memberikan dorongan suasana hati yang berhubungan dengan pekerjaan. Dan hampir satu dari empat orang mengatakan, bahwa dengan mendengarkan musik ketika dalam perjalanan ke tempat kerja telah membantu mereka menghilangkan stres. Musik bisa menjadi penyemangat yang bagus ketika Kita merasa merasa stres.
Putarlah salah satu lagu favorit Anda, karena itu bisa sangat menenangkan dan membantu mengurangi kecemasan.
Berdampak positif terhadap pasien
Musik benar-benar berdampak positif yang signifikan terhadap pasien dengan penyakit kronis, seperti penyakit jantung, kanker dan pernapasan.
Banyak percobaan telah menunjukkan bahwa musik bisa membantu menurunkan detak jantung, tekanan darah dan membantu meredakan rasa sakit, kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Musik bisa sangat berguna bagi seseorang yang berada dalam keadaan, di mana mereka telah kehilangan banyak kontrol terhadap lingkungan diluar mereka – misalnya mereka yang harus berada di rumah sakit untuk jangka waktu yang lama karena penyakit yang serius dan kurang bisa bergerak. Hal ini dapat memberikan rasa mengontrol kembali, serta menciptakan suasana pribadi yang tenang, dan menghalangi beberapa gangguan di sekitar pasien.
Apa jenis musiknya ?
Meskipun ada kecenderungan tertentu bahwa musik yang cepat untuk berolahraga, dan musik yang lambat untuk bersantai – memilih lagu-lagu dengan efek yang diinginkan seringkali terkait dengan preferensi pribadi.
Pengaruh jenis musik yang berbeda terhadap suasana hati akan sangat tergantung pada preferensi individu dan kebiasaan. Jika Anda tumbuh dengan musik rock, maka Anda tidak mungkin bisa mendengarkan musik klasik. Dan bagi orang yang tidak tahan mendengarkan musik rock, musik jenis lain mungkin yang akan bisa membangkitkan mereka.
Apapun jenis musik Anda, jika Anda menyukainya, maka itulah yang bisa bermanfaat bagi kesehatan mental dan fikiran Anda.
Penjara Suci Bagi Santri
Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam(tafaqquh fiddin) dengan menekankan moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari hari.
Secara etimologi, istilah pesantren berasal dari kata "santri" , yang dengan awalan pe- dan akhiran -an be rarti tempat tinggal para santri. Kata "santri" juga merupakan penggabungan antara suku kata sant (manusia baik) dan tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat diartikan sebagai tempat mendidik manusia yang baik. Sementara, Dhofier menyebutkan bahwa menurut Profesor Johns, istilah "santri" berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji, sedang C C Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci Agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci Agama Hindu. Kata shastri berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, istilah santri mempunyai pengertian seorang murid yang belajar buku-buku suci/ilmu-ilmu pengetahuan Agama Islam. Dengan demikian,pesantren dipahami sebagai tempat berlangsungnya interaksi guru murid, kyai-santri dalam intensitas yang relatif permanen dalam rangka transferisasi ilmu-ilmu keislaman.
Dalam hubungan dengan usaha pengembangan dan pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah (Departemen Agama), pengertian yang lazim dipergunakan untuk pesantren adalah sebagai berikut:
Pertama, pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara non-klasikal (sistem Bandongan dan Sorogan) dimana seorang kyai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, (Sistem Bandongan dan Sorongan) dimana seorang kyai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang tertulis dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedang para santri biasanya tinggal dalam pondok/asrama dalam lingkungan pesantren tersebut.
Kedua, pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada dasarnya sama dengan pondok pesantren tersebut diatas tetapi para santrinya tidak disediakan pondokan di kompleks pesantren, namun tinggal tersebar di seluruh penjuru desa sekeliling pesantren tersebut (Santri kalong),dimana cara dan metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan dengan sistem wetonan, para santri berduyun-duyun pada waktu-waktu tertentu (umpama tiap hari jum'at, ahad, selasa atau tiap-tiap waktu shalat dan sebagainya).
Ketiga, pondok pesantren dewasa ini adalah gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan atau wetonan dengan disediakan pondokan untuk para santri yang berasal dari jauh dan juga menerima santri kalong, yang dalam istilah pendidiÿÿn modernrtemenuhi kriteria pendidikan non formal serta menyelenggarakan juga pendidikan formal berbentuk madrasah dan bahkan sekolah umum dalam berbagai bentuk tingkatan dan aneka kejuruan sesuai dengan kebutuhan masyarakat masing-masing.
Pesantren atau pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang cukup unik karen memiliki elemen dan karakteristik yang berbeda dengan lembaga pendidikan Islam lainnya. Elemen-elemen Islam yang paling pokok, yaitu: pondok atau tempat tinggal para santri, masjid, kitab-kitab klasik, kyai dan santri. Kelima elemen inilah yang menjadi persyaratan terbentuknya sebuah pcsantren, dan masing-masing elemen tersebut saling terkait satu sama dengan lain untuk tercapainya tujuan pesantren , khususnya, dan tujuan pendidikan Islam, pada umumnya, yaitu membentuk pribadi muslim seutuhnya (insan kamil). Adapun yang dimaksud dengan pribadi muslim seutuhnya adalah pribadi ideal meliputi aspek individual dan sosial, aspek intelektual dan moral, serta aspek material dan spiritual. Sementara, karakteristik pesantren muncul sebagai implikasi dari penyelenggaraan pendidikan yang berlandaskan pada keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian (menolong diri sendiri dan sesama), ukhuwwah diniyyah dan islamiyyah dan kebebasan. Dalam pendidikan yang seperti itulah terjalin jiwa yang kuat, yang sangat menentukan falsafah hidup para santri.
Penyelenggaraan pendidikan pesantren berbentuk asrama yang merupakan komunitas tersendiri dibawah pimpinan kyai atau ulama, dibantu seorang atau beberapa ustadz (pengajar) yang hidup ditengah-tengah para santri dengan masjid atau surau sebagai pusat peribadatan, gedung-gedung sekolah atau ruang-ruang belajar sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar serta pondok-pondok sebagai tempat tinggal para santri. Kegiatan pendidikannya pun diselenggarakan menurut aturan pesantren itu sendiri dan didasarkan atas prinsip keagamaaan. Selain itu, pendidikan dan pengajaran agaman Islam tersebut diberikan dengan metode khas yang hanya dimiliki oleh pesantren, yaitu;
Rundongan atau Wetonan adalah metode pengajaran dimana santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai yang membacakan kitab tertentu, sementara santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan-catatan. Disebut dengan istilah Wetonan, berasal dari kata wektu (istilah jawa untuk kata: waktu), karena pelajaran itu disampaikan pada waktu-waktu tertentu seperti sebelum atau sesudah shalat fardhu yang lima atau pada hari-hari tertentu.

Sorogan, adalah metode pengajaran individual, santri menghadap Kyai seorang demi seorang dengan membawa kitab yang dipelajarinya. Kyai membacakan pelajaran dari kitab tersebut kalimat demi kalimat, kemudian menerjemahkan dan menerangkan maksudnya. Santri menyimak dan mengesahkan (istilah jawa: ngesah), yaitu dengan memberi catatan pada kitabnya untuk menandai bahwa ilmu itu telah diberikan kyai. Adapun istilahsorogan tersebut berasal dari kata sorog (jawa) yang berarti menyodorkan, maksudnya santri menyodorkan kitabnya dihadapan kyai, sehingga terkadang santri itu sendiri yang membaca kitabnya dihadapan kyai, sedangkan kyai hanya menyimak dan memberikan koreksi bila ada kesalahan dari bacaan santri tersebut.
Beberapa pesantren dalam perkembangannya, disamping mempertahankan sistem tradisionalnya juga menggunakan sistem madrasi, baik sebagai basis pendidikannya ataupun yang bersifat tambahan.
Selasa, 12 Januari 2016
tetaplah istiqomah, insyallah jannah
TETAPLAH ISTIQOMAH, INSYA ALLAH JANNAH
Keimanan kepada Allah menuntut sikap istiqomah. Keyakinan hati, kebenaran lisan dan kesungguhan dalam amal adalah unsur-unsur keimanan yang mesti dijalankan dengan istiqomah. Istiqomah yang berarti keteguhan dalam memegang prinsip, menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya.
DIJANJIKANNYA SURGA
Di antara ayat yang menyebutkan keutamaan istiqomah adalah firman Allah Ta’ala,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30)
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30)
Yang serupa dengan ayat di atas adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ, أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Ahqaf: 13-14)
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Ahqaf: 13-14)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Katakanlah: “Aku beriman kepada Allah“, kemudian beristiqamahlah dalam ucapan itu.” [HR. Muslim no. 38]
JENIS-JENIS ISTIQOMAH
Yang dimaksud dengan istiqomah di sini terdapat tiga pendapat di kalangan ahli tafsir:
1. Istiqomah di atas tauhid
2. Istiqomah dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah
3. Istiqomah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput
1. Istiqomah di atas tauhid
2. Istiqomah dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah
3. Istiqomah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput
Dan sebenarnya istiqomah bisa mencakup tiga tafsiran ini karena semuanya tidak saling bertentangan.
PASTI ADA KEKURANGAN DALAM ISTIQOMAH
Terkadang kita tergelincir dan tidak bisa istiqomah secara utuh. Lantas apa yang bisa menutupi kekurangan ini? Jawabannya adalah pada firman Allah Ta’ala,
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ
“Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Rabbmu adalah Rabb Yang Maha Esa, maka tetaplah istiqomah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (QS. Fushilat: 6).
“Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Rabbmu adalah Rabb Yang Maha Esa, maka tetaplah istiqomah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (QS. Fushilat: 6).
Ayat ini memerintahkan untuk istiqomah sekaligus merupakan isyarat bahwa seringkali ada kekurangan dalam istiqomah yang diperintahkan. Yang menutupi kekurangan ini adalah istighfar (memohon ampunan Allah).
KIAT AGAR TETAP ISTIQOMAH
Ada beberapa sebab utama yang bisa membuat seseorang tetap teguh dalam keimanan.
1. MEMAHAMI & MENGAMALKAN 2 KALIMAH SYAHADAT
Allah Ta’ala berfirman,
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27)
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27)
Qotadah As Sadusi mengatakan, “Yang dimaksud Allah meneguhkan orang beriman di dunia adalah dengan meneguhkan mereka dalam kebaikan dan amalan sholih. Sedangkan di akhirat, mereka akan diteguhkan di kubur (ketika menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir, pen).” Perkataan semacam Qotadah diriwayatkan dari ulama salaf lainnya. [Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 4/502.]
Mengapa Allah bisa teguhkan orang beriman di dunia dengan terus beramal sholih dan di akhirat (alam kubur) dengan dimudahkan menjawab pertanyaan malaikat “Siapa Rabbmu, siapa Nabimu dan apa agamamu”? Jawabannya adalah karena pemahaman dan pengamalannya yang baik dan benar terhadap dua kalimat syahadat. Memenuhi rukun dan syaratnya. Serta dia pula tidak menerjang larangan Allah berupa menyekutukan-Nya dengan selain-Nya, yaitu berbuat syirik.
Oleh karena itu, kiat pertama ini menuntunkan seseorang agar bisa beragama dengan baik.
Oleh karena itu, kiat pertama ini menuntunkan seseorang agar bisa beragama dengan baik.
2. MENGKAJI, MENGHAYATI, & MERENUNGKAN AL-QURAN
Allah menceritakan bahwa Al Qur’an dapat meneguhkan hati orang-orang beriman dan Al Qur’an adalah petunjuk kepada jalan yang lurus. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.” (QS. An Nahl: 102)
“Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.” (QS. An Nahl: 102)
Al Qur’an adalah jalan utama agar seseorang bisa terus kokoh dalam agamanya, karena Al Qur’an adalah petunjuk dan obat bagi hati yang sedang ragu.
هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ
“Al Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Fushilat: 44).
“Al Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Fushilat: 44).
3. ILTIZAM (KONSEKUEN)
Maksudnya di sini adalah seseorang dituntunkan untuk konsekuen dalam menjalankan syari’at atau dalam beramal dan tidak putus di tengah jalan. Karena konsekuen dalam beramal lebih dicintai oleh Allah daripada amalan yang sesekali saja dilakukan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” [HR. Muslim no. 783]
Selain amalan yang kontinu dicintai oleh Allah, amalan tersebut juga dapat mencegah masuknya virus “futur” (jenuh untuk beramal). Jika seseorang beramal sesekali namun banyak, kadang akan muncul rasa malas dan jenuh. Sebaliknya jika seseorang beramal sedikit namun terus menerus, maka rasa malas pun akan hilang dan rasa semangat untuk beramal akan selalu ada. Itulah mengapa kita dianjurkan untuk beramal yang penting kontinu walaupun jumlahnya sedikit.
4. MEMBACA & MENELADANI KISAH-KISAH ORANG SHOLIH
Dalam Al Qur’an banyak diceritakan kisah-kisah para nabi, rasul, dan orang-orang yang beriman yang terdahulu. Kisah-kisah ini Allah jadikan untuk meneguhkan hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengambil teladan dari kisah-kisah tersebut ketika menghadapi permusuhan orang-orang kafir. Allah Ta’ala berfirman,
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Hud: 11)
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Hud: 11)
Lihatlah di salam Al-Quran bagaimana keteguhan Nabi Ibrahim dan Nabi Musa dalam menghadapi ujian dan ketika berada dalam kondisi sempit. Mereka menyandarkan semua urusannya pada Allah, sehingga mereka pun selamat. Begitu pula kita ketika hendak istiqomah. Dan masih banyak lagi cerita-cerita orang sholih dalam Al-Quran yang bisa kita jadikan tauladan (uswah).
Itulah orang-orang sholih yang kemungkinan mereka sudah tidak hidup di dunia ini, namun jika dipelajari jalan hidupnya akan membuat hati semakin hidup. Berbeda halnya jika yang dipelajari adalah kisah-kisah orang-orang fasik, para artis, yang menjadi public figure yang hidup dalam gemerlapnya dunia. Walaupun mereka saat ini mungkin masih hidup, malah membuat hati semakin mati, membuat kita semakin tamak pada dunia dan gila harta. Wallahul muwaffiq.
5. PERBANYAK DOA AGAR ISTIQOMAH
Di antara sifat orang beriman adalah selalu memohon dan berdo’a kepada Allah agar diberi keteguhan di atas kebenaran.
Allah Ta’ala berfirman,
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, dan teguhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (QS. Al Baqarah: 250)
“Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, dan teguhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (QS. Al Baqarah: 250)
Do’a lain agar mendapatkan keteguhan dan ketegaran di atas jalan yang lurus adalah,
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imron:
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imron:
Do’a yang paling sering Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan adalah,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
“Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
6. BERGAUL DENGAN ORANG-ORANG SHOLIH
Allah memerintahkan agar selalu bersama dengan orang-orang yang baik. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(jujur).” (QS. At Taubah: 119)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(jujur).” (QS. At Taubah: 119)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita.
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” [HR. Bukhari no. 2101]
Itulah pentingnya bergaul dengan orang-orang yang sholih. Oleh karena itu, sangat penting sekali mencari lingkungan yang baik dan mencari sahabat, teman dekat apalagi pasangan hidup yang semangat dalam menjalankan agama sehingga kita pun bisa tertular aroma kebaikannya. Jika lingkungan kita adalah baik, maka ketika kita keliru, ada yang selalu menasehati dan menyemangati kepada kebaikan.
Demikian beberapa kiat mengenai istiqomah. Semoga Allah senantiasa meneguhkan kita di atas ajaran agama yang hanif (lurus) ini. Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.
Wallahu a’lam bish shawab
Semoga bermanfaat
apa itu nafsu ?
Terkadang ketika kita mendengar kata nafsu pikiran kita mengarah bahwa yang dimaksud dengan nafsu itu hanya nafsu birahi(syahwat) antara laki2 dan perempuan padahal jika kita teliti kembali sebenarnya nafsu itu terbagi atas tiga bagian.
Bagian pertama yaitu nafsu seksual antara laki-laki terhadap perempuan atau sebaliknya. Bagian kedua nafsu makan yaitu nafsu atau keinginan kita yang berlebihan pada makanan, masalah kedua ini mengajak kita untuk selalu makan, walaupun terkadang perut kita sudah kenyang tetapi masih ada keinginan untuk makan.
Dan bagian yang ketiga adalah nafsu untuk berbicara, nafsu yang kitiga ini kebanyakan disandang oleh kaum hawa, karna merekalah yang biasanya melakukan pekerjaan seperti ngerumpi, qibah (membicarakan kejelekan orang lain) dan menyakiti hati orang lain serta masih banyak lagi pekerjaan yang di lakukan oleh mulut kita kaum hawa yang semua pekerjaan itu dapat mengarahkan kita pada perbuatan dosa.
Pernahkah kita berpikir kalau seandainya nafsu kita berlebihan apakah yang akan terjadi pada kita?. Dan disini saya ingin membahas satu persatu dari permasalah diatas:
Partama: Nafsu seksual (syahwat) antara laki-laki dan perempuan.Tujuan asli Allah swt menciptakan nafsu seksual (syahwat) pada makluknya baik itu manusia atau hewan adalah memperbanyak keturunan. Namun jika nafsu seksual itu tidak di kontrol oleh akal dan keluar dari batas-batas yang sudah di tentukan maka permasalahan ini sesuatu hal yang dapat menghancurkan manusia. Keinginan seksual ketika keluar dari batas-batas yang telah di tentukan atau telah condong pada perbuatan yang berlebihan atau kekurangan (ifrot dan tafrid), mengenai kedua hal ini secara ringkas akan kita bahas.
Berlabihan (ifrot) dalam masalah seksual:
Berlebihan (ifrot) dalam masalah seksual kadang bisa mengakibatakan hawa nafsu mengalahkan kemaslahatan agama, dan mengakibatkan seorang manusia melakukan hal-hal yang yang tidak diinginkan, dan sikap semacam itu adalah perwujudan dari perbuatan hewan, yang mendahulukan syahwatnya dari pada akalnya. Dalam keadaan semacam ini ada dua pilihan, akal kita hilang atau secara global akal itu berada dibawah kendali hawa nafsu. Padahal akal itu diciptakan untuk mengontrol dan memerintah bukan untuk menerima perintah dari hawa nafsu. Dan jika hawa nafsu telah melebihi batas, solusinya adalah rasa lapar, puasa dan pernikahan. Kehilangan (tafrid)dalam masalah seksual: Hilangnya keinginan dalam masalah seksual kemungkinan karna dua penyebab yang pertama adalah kerendahan diri yang berlebihan sehingga dia tidak bisa bergau l(komunikasi) dengan orang lain. Dan yang kedua adalah lemah dalam hubungan dengan lawan jenisnya. Jika orang sudah hilang atau lemah dalam nafsunya maka hal ini tidak berbeda dengan orang yang berlebihan (ifrot) sebab kedua-duanya sudah keluar dari batas-batas yang telah di tentukan. Dan sebaik-baiknya manusia adalah orang yang mengontrol atau menetapkan segala sesuatunya pada tempatnya dan tidak(ifrot dan taprid)
Kedua: Nafsu pada makanan (rakus) Pernahkah kita berpikir bahwa kalau kita makan melebihi batas apa yang akan terjadi pada diri kita? Terkadang perut yang kenyang bisa mengarahkan kita untuk melakukan perbuatan dosa seperti berlabihan dalam masalah seksual, Iri(hasad), ingin dilihat orang (riya), sombong (takabur) , benci, bermusuhan dan masih banyak hal yang lainnya.Sifat rakus menurut riwayat: Nabi muhammad (Saw)bersabda:“Seseorang yang perutnya selalu kenyang tidak akan sampai pada tingkat maknawi”[1]
Dan di lain tempat beliau bersabda: “Gagasan atau pendapat adalah sebagian dari ibadat dan sedikit makan adalah ibadah”[2]
Beliau juga bersabda: “Jangan kamu matikan hati-hatimu dengan banyak makan dan minum, karna sesungguhnya hati itu seperti ladang yang akan rusak jika kebanyakan air.[3]
Dan dalam riwayat yang lain beliau bersabda: “Sesungguhnya setan itu seperti darah yang mengalir dalam tubuh manusia, maka sempitkanlah jalan atau pelintasannya dengan haus dan lapar[4].
Imam Shadiq(as): ““Perut yang penuh karna kerakusan pada makanan akan mengakibatkan suatau kebanjiran,waktu yang paling tepat untuk mendekatkan diri pada Allah SWT adalah disaat perut kita dalam keadaan kosong, akan tetapi disaat perut kita penuh dan kenyang bisa mengakibatkan kita lupa pada Allah SWT”[5]
Dan dalam hadis yang lain beliau berkata: “Manusia tidak ada jalan lain kecuali dia terpaksa untuk makan agar bisa meneruskan kehidupanya,tetapi saat dia makan 1/3 dari perut untuk makanan, 1/3 lagi husus untuk minuman ,dan 1/3 yang lainya untuk bernafas dan janganlah seperti babi tidak ada pekerjaan lain kecuali makan sehingga badanya jadi gemuk[6]
Imam Bagir (as) barsabda: “Tidak ada sesuatu yang lebih dibenci oleh Allah SWT dari perut kekenyangan”
Ada beberapa manfaat yang akan kita dapatkan, jika disaat kita makan sesuai dengan kebutuhan, contohnya adalah:
1. Pandangan menjadi tajam, Rasulallah (saw) bersabda :barang siapa menjaga perutnya agar selalu dalam keadaan lapar pikiranya akan tajam dan hatinya pun akan selalu cerah [7].
2. Kebanyakan makan akan menyebabkan hati kita keras,dan manusia keras hati tidak akan merasakan kelezatan berzikir,dan segala munajat yang dia panjatkan tidak akan berpengaruh,dengan demikian memperingan perut dari makanan akan menyebakan cerah hati dan memberikan kelapangan dada. Kalau seandainya hati telah cerah dan dada telah lapang akan megakibatkan manusia mudah terpengaruh segala muanajat yang dia panjatkan dan hatinya dipenuhi dengan cahaya sehingga merasakan kelezatan berzikir.
3. Faidah lain dari perut kosong dan lapar adalah kita bisa merasakan penderitan orang yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, selain itu kita akan selalu ingan akan azabjahanam dan penderitaan disana.Sedangkan seorang manusia yang perutnya selalu dalam keadaan kenyang,dia tidak akan mererasan penderitaan orang-orang yang kelaparan, dan dia akan lupa dengan pendiritaan orang-orang yang ada di sekitarnya..
4. Modal asli seorang manusia hidup di dunia ini adalah waktu dan umur, dengan syarat kedua modal tersebut dipakai dengan baik dan benar. Dalam pandangan Alquran bahwasesungguhnya manusia itu tenggelam dalam kerugian hanya amal sholehlah yang bisa menyelamatkan dia dari ketenggelaman tersebut. Amal sholeh yang dilakukan dalam keadaan sadar lebih bermanfaat.Dan dengan sedikitnya tidur maka akan memperbanyak kesempatan bagi kita untuk beribadah dan berusaha.
5. Akar segala penyakit adalah banyak mengkonsumsi makanan. Rasulallah (saw) bersabda: “Perut adalah tempat segala penyakit dan menghindarinya adalah akar segala kesembuhan”.[8]
Oleh karena itu, salah satu manfaat sedikit makan adalah menjaga keselamatan, karena suatu penyakit, dapat mengakibatkan seorang manusia mengalami depresi dan tidak membiarkan ia memiliki kesempatan berpikir dan beribadah.Oleh karna itu tugas kita adalah sebisa mungkin menjaga perut kita agar tidak mengkonsumsi makanan secara berlebihan, sebab hal tersebut termasuk hawa nafsu yang tidak terpuji.
antara cinta, sayang dan kasihan
Apa alasanmu menikah? a. Cinta b. Sayang c. Kasihan d. Jawaban a, b, dan c salah
Oke, sebelum bahas lebih lanjut, sebenernya ini tema talkshow Ladies Loungetadi malem di Smart FM. So..bagi saya pribadi sayang banget kalau hal ini enggak dishare, utamanya buat individu yang sedang menimbang-nimbang untuk segera menikah pun yang memilih untuk menunda menikah, karena bagi saya pribadi pernikahan itu ibaratkan organisasi/tim, dimana ketika kedua orang individu dipersatukan dalam ikatan pernikahan, mereka PASTI menginginkan pernikahannya langgeng sampai kakek-nenek, adapun ketidak sesuaian karakter/perlakuan diibaratkan seperti bumbu penyedap yang justru seharusnya akan menjadikan ikatan pernikahan lebih kuat bin survive, yang intinya sebelum memutuskan untuk menikah kita harus menyamakan visi dan misi kita untuk kedepannya, apa yang menjadi harapan, apa yang ingin dicapai setelah menikah, dll. Kembali ke jalan yang benar Pernikahan merupakan salah satu keputusan terbesar yang individu buat. Seperti yang saya bilang sebelumnya bahwa didalam pernikahan tentunya ada mimpi, harapan, dan tujuan, makanya sering banget kita denger kalau orang bercerai alasannya karena udah enggak 'sejalan' lagi. Tapi, keputusan menikahpun bagi setiap indvidu pastinya berbeda-beda, dimulai dari desakan umur, status sosial, cinta, accident, atau bahkan untuk kemajuan suatu usaha/bisnis, dan masih banyak lagi alasan lainnya. Well, pertanyaan pembuka pada artikel ini merupakan jabaran dari segi perasaan/emosi pada dua individu yang menikah. Cinta Cinta merupakan tingkatan tertinggi dalam suatu hubungan spesial. Menurut Baron (salah satu tokoh Psikologi Sosial yang sangat berpengaruh) cinta itu dibagi kedalam 6 tingkatan diantaranya ada cinta menggebu dan cinta sejawat. Cinta menggebu biasanya terjadi pada pasangan kencan/pacaran dimana tigkatan cinta ini ada ketertarikan pada pasangan secara fisik/sex, biasanya cinta menggebu akan menurun kadarnya ketika memasuki pernikahan, dan biasanya setelah pernikahan cinta menggebu ini hanya berlaku untuk perempuan, nah laki-laki cenderung beralih kepada cinta sejawat. Cinta sejawat merupakan cinta yang ada pada hubungan sosial yang dekat, seperti orangtua-anak, teman, rekan kerja, dan tetangga. Bedanya cinta sejawat lebih menekankan pada aspek kerjasama yang saling menguntungkan, dan laki-laki cenderung untuk memiliki cinta sejawat pada pasangannya setelah menikah, dimana cinta timbul ketika pasangan saling bekerja sama dalam melakukan suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Bagi saya pribadi, cinta itu sebagai bentuk hasil dari pengondisian, hal ini juga dijelaskan oleh Baron bahwa kita bisa menciptakan romansa cinta hanya dengan mengubah kondisi individu. Untuk menguji hipotesisnya ini, Baron melakukan suatu percobaan, beberapa laki-laki dan perempuan yang tidak saling mengenal dimasukkan ke dalam laboraturium secara berpasangan. Mereka diwajibkan menatap mata pasangannya selama dua menit, setelah itu dilakukan sentuhan fisik seperti menyentuh tangan, dan setelah mereka keluar dari laboraturium perasaan mereka berubah tarhadap lawan jenis yang dipasangkannya tadi, ada rasa suka diantara keduanya. Selain itu Baron juga menjelaskan cara-cara menumbuhkan rasa cinta dengan mengondisikan lingkungan, seperti memutarkan film-film romantis, mendengarkan lagu-lagu cinta, dan membaca kisah-kisah percintaan, hal lain yang sangat membantu dengan mendekatkan ia pada orang-orang yang dilanda cinta. Simplenya menurut saya, hal ini dilakukan untuk menyamakan frekuensi, agar orang yang tidak dilanda cinta menjadi terkondisikan untuk merasakan cinta. Sayang Ada yang mendefinisikan bahwa sayang itu posisinya di bawah cinta, bahkan teman saya bilang bahwa di duna ini kehadiran cinta hanya ada di dalam lagu-lagu/film/cerita/puisi, ya, menurutnya di antara pasangan yang ada bukan perasaan cinta seperti yang dielu-elukan lagu romantis, tetapi yang ada hanyalah perasaan sayang. Pendapat lain mengatakan bahwa, rasa sayang itu sifatnya global, dimana sayang itu timbul dari hasil interaksi antara individu seperti halnya teman. Sayang juga diletakkan pada hal-hal yang kita kasihi, seperti benda ke"sayangan", singkatnya sayang merupakan rasa indah berbeda yang diberikan pada hal-hal yang sifatnya umum, maka pendapat lainpun mengatakan, jika cinta itu hanya ditunjukkan pada hal-hal yang lebih spesial, sementara sayang dapat dibagi-bagi. Rasa sayang timbul dengan diawali dengan rasa suka atau bahkan kagum. Suka dan kekaguman/perasaan nyaman yang dihasilkan dari komunikasi intensif lambat laun akan melahirkan perasaan sayang, namun dalam hubungan romantis rasa sayang bisa timbul justru karena diawali rasa kasihan. Kasihan dengan kondisi ekonominya, kasihan dengan status soasialnya, kasihan dengan masa lalunya, dan masih banyak lagi kasihan-kasihan lain yang pada akhirnya menimbulkan rasa sayang pada pasangan. Kasihan Seperti yang dibahas sebelumnya, bahwa kasihan merupakan salah satu penyebab alasan mengapa timbul perasaan sayang pada pasangan. Terasa menyedihkan memang jika hubungan diawali dengan rasa kasihan, namun Anda tidak perlu khawatir, karena rasa kasihan ini tidak akan terus terdefinisikan menyedihkan manakala diimbangi dengan rasa sayang. Bahkan jika hubungan diawali dengan rasa kasihan, dan Anda berusaha mengimbanginya dengan perasaan sayang, maka bukanlah suatu hal yang mustahil jika kelak hubungan romantis Anda menimbulkan perasaan cinta. Antara Cinta, Sayang, dan Kasihan dalam Pernikahan Pernikahan merupakan penyatuan dua individu dan dua keluarga besar yang berbeda. Pernikahan terjadi dengan adanya janji suci yang diucapkan ke dua mempelai pada Tuhan, oleh karenanya Tuhan sangat tidak menyukai orang-orang yang bercerai, karena perceraian sesungguhnya telah menyalahi janji suci, meski perceraian oleh sebagian agama diperbolehkan. Menikah dan mengarungi bahtera rumah tangga merupakan impian bagi sebagian besar orang, meski saya pribadi selalu berpendapat bahwa menikah itu pilihan. Anda tidak bisa memaksakan diri Anda untuk berpura-pura siap memasuki gerbang pernikahan dengan berbagai alasan seperti desakan orangtua, umur, lingkungan sosial, bahkan ekonomi, karena pernikahan yang tidak berlandaskan cinta dan kematangan individu akan terasa berat untuk diarungi, karena dalam pernikahan terdapat tugas-tugas perkembangan keluarga yang harus dipenuhi, dengan persentase minimal 70 % (selengkapnya tentang tugas-tugas perkembangan keluarga saya bahas di sini). Tugas perkembangan merupakan penentu dari keberhasilan suatu pernikahan, oleh karena itu perasaan cinta sangat diperlukan dalam melewati setiap fasenya. Perasaan cinta yang melandasi suatu pernikahan penting adanya, mengapa? Karena ketika menikah bukan hanya interaksi antara pasangan saja, tetapi dengan kehadiran anak tentunya menjadikan tantangan tersendiri, dimana anak diharapkan akan tumbuh menjadi individu yang penuh cinta, penyayang, pengasih di dalam lingkungan sosialnya, hal ini ditentukan oleh keharmonisan pasangan suami istri. Anak belajar dengan melihat pada role modelnya (teori social learning Bandura), tentunya pembelajaran pertama tentang emosi positif ini akan ia pelajari dari orangtuanya, oleh karena itu tidaklah mengherankan jika anak-anak bermasalah biasanya terlahir dari keluarga yang bermasalah/tidak harmonis, karena disadari atau tidak, anak mampu merasakan keharmonisan kedua orangtuanya, meski orangtua menutup dan berusaha tidak memperlihatkan ketidak harmonisan hubungannya. Masalah dalam Pernikahan Meski dilandasi cinta pada awalnya, tidak menutup kemungkinan dalam perjalanan pernikahan ditemukan berbagai masalah. Permasalahan yang terjadi, tentunya merupakan suatu hal wajar, namun seringkali masalah yang timbul menjadi boomerang, bahkan mengantarkan kepada perceraian. Terjadinya perceraian tentu diakibatkan dari berbagai faktor, tetapi intinya perceraian terjadi karena kedua individu (pasangan) sudah tidak ingin lagi mempertahankan pernikahan, tentunya jika masih ada salah satu diantara pasangan memiliki keinginan untuk mempertahankan pernikahan, maka perceraian mustahil terjadi, untuk itulah fase pemantapan (pengantin baru) merupakan pondasi awal penentunya kebahagiaan dan keberlangsungan keluarga kedepannya. Menurut Duvall Tahapan kritis pada fase pemantapan adalah tahapan pengenalan kenyataan dan kritis perkawinan, oleh karena itu penting sekali bagi setiap pasangan muda untuk memenuhi tugas perkembangan pada fase pemantapan, sebelum fase pemantapan ini berakhir, dimana berakhirnya fase pemantapan ini ketika seorang istri menyadari bahwa dirinya hamil, maka fase akan berganti menjadi fase harapan, dan perceraian cenderung diurungkan ketika pasangan telah memiliki anak. Seiring berjalannya waktu pernikahan, pada setiap pasangan terjadi perbedaan kuliatas hubungan. Perbedaan tipe pernikahan ini dijelaskan oleh Pspitawati (2012) yang mengacu pada Oslon, beliau membagi pernikahan menjadi tujuh yaitu: 1. Perkawinan pasangan tanpa vitalitas Kondisi perkawinan yang labil dengan pasangan yang tidak merasa puas dengan perkawinannya. Pasangan tipe ini biasa menikah pada usia terlalu muda, masih memiliki penghasilan rendah, dan biasanya berasal dari keluarga yang berantakkan. 2. Perkawinan pasangan finansial Kondisi banyak konflik tidak terselesaikan, dan pasangan tidak merasa puas dengan komunikasi dalam perkawinan dan tidak puas dengan kepribadian masing-masing individu. Pasangan tipe ini lebih memprioritaskan karir daripada keluarga dan uang menjadi sangat penting dalam kehidupan keluarga di atas makna esensi keluarga. 3. Perkawinan pasangan konflik Kondisi tidak puas dalam berbagai aspek misalnya seksual, kepribadian pasangan, komunikasi, dan pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Pasangan tipe ini selalu diwarnai dengan konflik, sehingga mencari kepuasan dari dimensi eksternal, serta memfokuskan pada hobi atau keagamaan. 4. Perkawinan pasangan tradisional Kondisi perkawinan yang stabil dengan pencapaian kepuasan dalam banyak aspek kehidupan keluarga, namun masih memiliki masalah serius dalam aspek komunikasi dan seksual. Kebahagiaan pasangan tipe ini lebih didasari atas aspek tradisional religius dan hubungan yang baik antara kedekatan kerabat atau keluarga besar dan teman-teman. 5. Perkawinan pasangan seimbang Kepuasan yang cukup baik dalam komunikasi dan resolusi konflik karena pasangan ini lebih memprioritaskan keluarga dibandingkan aspek lain, memiliki kepuasan setara antara suami dan istri dalam aspek aktifitas waktu luang, pengasuhan anak, dan kepuasan seksualitas. 6. Perkawinan pasangan harmonis Kepuasan perkawinan yang diwujudkan dengan ekspresi kasih sayang, dan kepuasan seksual. 7. Perkawinan pasangan penuh vitalitas Tingkat kepuasan yang tinggi didasari atas pasangan suami istri harmonis dalam menjalin hubungan baik, kepribadian yang saling melengkapi, komunikasi yang baik,mencari solusi dari konflik,kepuasan secara seksual, maupun finansial. Tentunya melihat tipologi ini, semua pasangan pernikahan mengingnkan termasuk ke dalam kategori pasangan penuh vitalitas, dimana kategori ini merupakan kategori ideal yang harus selalu diusahakan oleh setiap pasangan. Hal lain yang tidak kalah menarik adalah adanya puber kedua, atau hadirnya cinta lain selain cinta kepada pasangan (orang ketiga). Sebenarnya secara psikologi, yang namanya puber kedua itu tidak ada. Puber kedua biasanya terjadi ketika pasangan memasuki usia 40an, dimana pada usia ini baik suami.istri yang berkarir sedang ada di posisi puncak, dan pada usia ini usaha menumbuhkan benih-benih cinta diantara pasangan mulai meredup, walhasil, ketika suami/istri menemukan rekan kerja lain yang jauh lebih nyaman untuk diajak berbagi/tukar pikiran maka ia akan merasa "kembali" diperhatikan, jadi individu baru "seakan-akan" telah mengisi kekosongan, maka tidaklah mengherankan untuk mendapatkan "perhatian" dari lawan jenis yang dirasa nyaman ini, suami/istri lebih sering memperbaiki penampilannya, yang singkatnya ia membutuhkan "perhatian" yang tidak ia dapatkan lagi dari pasangannya. Penutup Banyak hal yang akan terjadi ketika memasukipernikahan. Menurut penuturan beberapa pendengar di radio tadi malam, banyak juga ternyata yang menikah tanpa cinta, hanya saja ketika mereka menyadari tidak adanya cinta dalam pernikahan mereka, hal yang dilakukan oleh pasangan adalah bagaimana menumbuhkan perasaan sayang, setidaknya dengan perasaan sayang diantara keduanya tugas perkembangan keluarga tidak akan sulit untuk dijalani, pun ketika menghadapi konflik-konflik yang terjadi. Terbukti meski tanpa cinta, pernikahan mereka berjalan baik-baik saja. Ketika pernikahan diawali dengan perasaan kasihan, misalnya kasihan dan menikahinya untuk meningkatkan status ekonomi pasangan, maka imbangilah rasa kasihan itu dengan perasaan sayang, karena dengan mengimbangi dengan perasaan sayang maka besar kemungkinan hubunganpun akan melahirkan perasaan cinta. Seperti yang dikutip dari Smart FM, terdapat 3 hal penting untuk diperhatikan 1. Kedekatan emosional 2. Komitmen. Apakah anda dan pasangan punya harapan dan visi yang sama dalam menjalani suatu hubungan 3. Gairah atau hasrat Setiap individu, seharusnya membawa yang terbaik dalam dirinya ketika menjalin suatu hubungan. Ciptakan momen momen spesial sebagai perekat hubungan cinta seperti halnya masa pacaran dulu. Bagi anda yang belum memasuki gerbang pernikahan, ada baiknya cek dulu apa alasan Anda dan pasangan dalam menjalin suatu hubungan (Hersiana et.al)
Oke, sebelum bahas lebih lanjut, sebenernya ini tema talkshow Ladies Loungetadi malem di Smart FM. So..bagi saya pribadi sayang banget kalau hal ini enggak dishare, utamanya buat individu yang sedang menimbang-nimbang untuk segera menikah pun yang memilih untuk menunda menikah, karena bagi saya pribadi pernikahan itu ibaratkan organisasi/tim, dimana ketika kedua orang individu dipersatukan dalam ikatan pernikahan, mereka PASTI menginginkan pernikahannya langgeng sampai kakek-nenek, adapun ketidak sesuaian karakter/perlakuan diibaratkan seperti bumbu penyedap yang justru seharusnya akan menjadikan ikatan pernikahan lebih kuat bin survive, yang intinya sebelum memutuskan untuk menikah kita harus menyamakan visi dan misi kita untuk kedepannya, apa yang menjadi harapan, apa yang ingin dicapai setelah menikah, dll. Kembali ke jalan yang benar Pernikahan merupakan salah satu keputusan terbesar yang individu buat. Seperti yang saya bilang sebelumnya bahwa didalam pernikahan tentunya ada mimpi, harapan, dan tujuan, makanya sering banget kita denger kalau orang bercerai alasannya karena udah enggak 'sejalan' lagi. Tapi, keputusan menikahpun bagi setiap indvidu pastinya berbeda-beda, dimulai dari desakan umur, status sosial, cinta, accident, atau bahkan untuk kemajuan suatu usaha/bisnis, dan masih banyak lagi alasan lainnya. Well, pertanyaan pembuka pada artikel ini merupakan jabaran dari segi perasaan/emosi pada dua individu yang menikah. Cinta Cinta merupakan tingkatan tertinggi dalam suatu hubungan spesial. Menurut Baron (salah satu tokoh Psikologi Sosial yang sangat berpengaruh) cinta itu dibagi kedalam 6 tingkatan diantaranya ada cinta menggebu dan cinta sejawat. Cinta menggebu biasanya terjadi pada pasangan kencan/pacaran dimana tigkatan cinta ini ada ketertarikan pada pasangan secara fisik/sex, biasanya cinta menggebu akan menurun kadarnya ketika memasuki pernikahan, dan biasanya setelah pernikahan cinta menggebu ini hanya berlaku untuk perempuan, nah laki-laki cenderung beralih kepada cinta sejawat. Cinta sejawat merupakan cinta yang ada pada hubungan sosial yang dekat, seperti orangtua-anak, teman, rekan kerja, dan tetangga. Bedanya cinta sejawat lebih menekankan pada aspek kerjasama yang saling menguntungkan, dan laki-laki cenderung untuk memiliki cinta sejawat pada pasangannya setelah menikah, dimana cinta timbul ketika pasangan saling bekerja sama dalam melakukan suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Bagi saya pribadi, cinta itu sebagai bentuk hasil dari pengondisian, hal ini juga dijelaskan oleh Baron bahwa kita bisa menciptakan romansa cinta hanya dengan mengubah kondisi individu. Untuk menguji hipotesisnya ini, Baron melakukan suatu percobaan, beberapa laki-laki dan perempuan yang tidak saling mengenal dimasukkan ke dalam laboraturium secara berpasangan. Mereka diwajibkan menatap mata pasangannya selama dua menit, setelah itu dilakukan sentuhan fisik seperti menyentuh tangan, dan setelah mereka keluar dari laboraturium perasaan mereka berubah tarhadap lawan jenis yang dipasangkannya tadi, ada rasa suka diantara keduanya. Selain itu Baron juga menjelaskan cara-cara menumbuhkan rasa cinta dengan mengondisikan lingkungan, seperti memutarkan film-film romantis, mendengarkan lagu-lagu cinta, dan membaca kisah-kisah percintaan, hal lain yang sangat membantu dengan mendekatkan ia pada orang-orang yang dilanda cinta. Simplenya menurut saya, hal ini dilakukan untuk menyamakan frekuensi, agar orang yang tidak dilanda cinta menjadi terkondisikan untuk merasakan cinta. Sayang Ada yang mendefinisikan bahwa sayang itu posisinya di bawah cinta, bahkan teman saya bilang bahwa di duna ini kehadiran cinta hanya ada di dalam lagu-lagu/film/cerita/puisi, ya, menurutnya di antara pasangan yang ada bukan perasaan cinta seperti yang dielu-elukan lagu romantis, tetapi yang ada hanyalah perasaan sayang. Pendapat lain mengatakan bahwa, rasa sayang itu sifatnya global, dimana sayang itu timbul dari hasil interaksi antara individu seperti halnya teman. Sayang juga diletakkan pada hal-hal yang kita kasihi, seperti benda ke"sayangan", singkatnya sayang merupakan rasa indah berbeda yang diberikan pada hal-hal yang sifatnya umum, maka pendapat lainpun mengatakan, jika cinta itu hanya ditunjukkan pada hal-hal yang lebih spesial, sementara sayang dapat dibagi-bagi. Rasa sayang timbul dengan diawali dengan rasa suka atau bahkan kagum. Suka dan kekaguman/perasaan nyaman yang dihasilkan dari komunikasi intensif lambat laun akan melahirkan perasaan sayang, namun dalam hubungan romantis rasa sayang bisa timbul justru karena diawali rasa kasihan. Kasihan dengan kondisi ekonominya, kasihan dengan status soasialnya, kasihan dengan masa lalunya, dan masih banyak lagi kasihan-kasihan lain yang pada akhirnya menimbulkan rasa sayang pada pasangan. Kasihan Seperti yang dibahas sebelumnya, bahwa kasihan merupakan salah satu penyebab alasan mengapa timbul perasaan sayang pada pasangan. Terasa menyedihkan memang jika hubungan diawali dengan rasa kasihan, namun Anda tidak perlu khawatir, karena rasa kasihan ini tidak akan terus terdefinisikan menyedihkan manakala diimbangi dengan rasa sayang. Bahkan jika hubungan diawali dengan rasa kasihan, dan Anda berusaha mengimbanginya dengan perasaan sayang, maka bukanlah suatu hal yang mustahil jika kelak hubungan romantis Anda menimbulkan perasaan cinta. Antara Cinta, Sayang, dan Kasihan dalam Pernikahan Pernikahan merupakan penyatuan dua individu dan dua keluarga besar yang berbeda. Pernikahan terjadi dengan adanya janji suci yang diucapkan ke dua mempelai pada Tuhan, oleh karenanya Tuhan sangat tidak menyukai orang-orang yang bercerai, karena perceraian sesungguhnya telah menyalahi janji suci, meski perceraian oleh sebagian agama diperbolehkan. Menikah dan mengarungi bahtera rumah tangga merupakan impian bagi sebagian besar orang, meski saya pribadi selalu berpendapat bahwa menikah itu pilihan. Anda tidak bisa memaksakan diri Anda untuk berpura-pura siap memasuki gerbang pernikahan dengan berbagai alasan seperti desakan orangtua, umur, lingkungan sosial, bahkan ekonomi, karena pernikahan yang tidak berlandaskan cinta dan kematangan individu akan terasa berat untuk diarungi, karena dalam pernikahan terdapat tugas-tugas perkembangan keluarga yang harus dipenuhi, dengan persentase minimal 70 % (selengkapnya tentang tugas-tugas perkembangan keluarga saya bahas di sini). Tugas perkembangan merupakan penentu dari keberhasilan suatu pernikahan, oleh karena itu perasaan cinta sangat diperlukan dalam melewati setiap fasenya. Perasaan cinta yang melandasi suatu pernikahan penting adanya, mengapa? Karena ketika menikah bukan hanya interaksi antara pasangan saja, tetapi dengan kehadiran anak tentunya menjadikan tantangan tersendiri, dimana anak diharapkan akan tumbuh menjadi individu yang penuh cinta, penyayang, pengasih di dalam lingkungan sosialnya, hal ini ditentukan oleh keharmonisan pasangan suami istri. Anak belajar dengan melihat pada role modelnya (teori social learning Bandura), tentunya pembelajaran pertama tentang emosi positif ini akan ia pelajari dari orangtuanya, oleh karena itu tidaklah mengherankan jika anak-anak bermasalah biasanya terlahir dari keluarga yang bermasalah/tidak harmonis, karena disadari atau tidak, anak mampu merasakan keharmonisan kedua orangtuanya, meski orangtua menutup dan berusaha tidak memperlihatkan ketidak harmonisan hubungannya. Masalah dalam Pernikahan Meski dilandasi cinta pada awalnya, tidak menutup kemungkinan dalam perjalanan pernikahan ditemukan berbagai masalah. Permasalahan yang terjadi, tentunya merupakan suatu hal wajar, namun seringkali masalah yang timbul menjadi boomerang, bahkan mengantarkan kepada perceraian. Terjadinya perceraian tentu diakibatkan dari berbagai faktor, tetapi intinya perceraian terjadi karena kedua individu (pasangan) sudah tidak ingin lagi mempertahankan pernikahan, tentunya jika masih ada salah satu diantara pasangan memiliki keinginan untuk mempertahankan pernikahan, maka perceraian mustahil terjadi, untuk itulah fase pemantapan (pengantin baru) merupakan pondasi awal penentunya kebahagiaan dan keberlangsungan keluarga kedepannya. Menurut Duvall Tahapan kritis pada fase pemantapan adalah tahapan pengenalan kenyataan dan kritis perkawinan, oleh karena itu penting sekali bagi setiap pasangan muda untuk memenuhi tugas perkembangan pada fase pemantapan, sebelum fase pemantapan ini berakhir, dimana berakhirnya fase pemantapan ini ketika seorang istri menyadari bahwa dirinya hamil, maka fase akan berganti menjadi fase harapan, dan perceraian cenderung diurungkan ketika pasangan telah memiliki anak. Seiring berjalannya waktu pernikahan, pada setiap pasangan terjadi perbedaan kuliatas hubungan. Perbedaan tipe pernikahan ini dijelaskan oleh Pspitawati (2012) yang mengacu pada Oslon, beliau membagi pernikahan menjadi tujuh yaitu: 1. Perkawinan pasangan tanpa vitalitas Kondisi perkawinan yang labil dengan pasangan yang tidak merasa puas dengan perkawinannya. Pasangan tipe ini biasa menikah pada usia terlalu muda, masih memiliki penghasilan rendah, dan biasanya berasal dari keluarga yang berantakkan. 2. Perkawinan pasangan finansial Kondisi banyak konflik tidak terselesaikan, dan pasangan tidak merasa puas dengan komunikasi dalam perkawinan dan tidak puas dengan kepribadian masing-masing individu. Pasangan tipe ini lebih memprioritaskan karir daripada keluarga dan uang menjadi sangat penting dalam kehidupan keluarga di atas makna esensi keluarga. 3. Perkawinan pasangan konflik Kondisi tidak puas dalam berbagai aspek misalnya seksual, kepribadian pasangan, komunikasi, dan pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Pasangan tipe ini selalu diwarnai dengan konflik, sehingga mencari kepuasan dari dimensi eksternal, serta memfokuskan pada hobi atau keagamaan. 4. Perkawinan pasangan tradisional Kondisi perkawinan yang stabil dengan pencapaian kepuasan dalam banyak aspek kehidupan keluarga, namun masih memiliki masalah serius dalam aspek komunikasi dan seksual. Kebahagiaan pasangan tipe ini lebih didasari atas aspek tradisional religius dan hubungan yang baik antara kedekatan kerabat atau keluarga besar dan teman-teman. 5. Perkawinan pasangan seimbang Kepuasan yang cukup baik dalam komunikasi dan resolusi konflik karena pasangan ini lebih memprioritaskan keluarga dibandingkan aspek lain, memiliki kepuasan setara antara suami dan istri dalam aspek aktifitas waktu luang, pengasuhan anak, dan kepuasan seksualitas. 6. Perkawinan pasangan harmonis Kepuasan perkawinan yang diwujudkan dengan ekspresi kasih sayang, dan kepuasan seksual. 7. Perkawinan pasangan penuh vitalitas Tingkat kepuasan yang tinggi didasari atas pasangan suami istri harmonis dalam menjalin hubungan baik, kepribadian yang saling melengkapi, komunikasi yang baik,mencari solusi dari konflik,kepuasan secara seksual, maupun finansial. Tentunya melihat tipologi ini, semua pasangan pernikahan mengingnkan termasuk ke dalam kategori pasangan penuh vitalitas, dimana kategori ini merupakan kategori ideal yang harus selalu diusahakan oleh setiap pasangan. Hal lain yang tidak kalah menarik adalah adanya puber kedua, atau hadirnya cinta lain selain cinta kepada pasangan (orang ketiga). Sebenarnya secara psikologi, yang namanya puber kedua itu tidak ada. Puber kedua biasanya terjadi ketika pasangan memasuki usia 40an, dimana pada usia ini baik suami.istri yang berkarir sedang ada di posisi puncak, dan pada usia ini usaha menumbuhkan benih-benih cinta diantara pasangan mulai meredup, walhasil, ketika suami/istri menemukan rekan kerja lain yang jauh lebih nyaman untuk diajak berbagi/tukar pikiran maka ia akan merasa "kembali" diperhatikan, jadi individu baru "seakan-akan" telah mengisi kekosongan, maka tidaklah mengherankan untuk mendapatkan "perhatian" dari lawan jenis yang dirasa nyaman ini, suami/istri lebih sering memperbaiki penampilannya, yang singkatnya ia membutuhkan "perhatian" yang tidak ia dapatkan lagi dari pasangannya. Penutup Banyak hal yang akan terjadi ketika memasukipernikahan. Menurut penuturan beberapa pendengar di radio tadi malam, banyak juga ternyata yang menikah tanpa cinta, hanya saja ketika mereka menyadari tidak adanya cinta dalam pernikahan mereka, hal yang dilakukan oleh pasangan adalah bagaimana menumbuhkan perasaan sayang, setidaknya dengan perasaan sayang diantara keduanya tugas perkembangan keluarga tidak akan sulit untuk dijalani, pun ketika menghadapi konflik-konflik yang terjadi. Terbukti meski tanpa cinta, pernikahan mereka berjalan baik-baik saja. Ketika pernikahan diawali dengan perasaan kasihan, misalnya kasihan dan menikahinya untuk meningkatkan status ekonomi pasangan, maka imbangilah rasa kasihan itu dengan perasaan sayang, karena dengan mengimbangi dengan perasaan sayang maka besar kemungkinan hubunganpun akan melahirkan perasaan cinta. Seperti yang dikutip dari Smart FM, terdapat 3 hal penting untuk diperhatikan 1. Kedekatan emosional 2. Komitmen. Apakah anda dan pasangan punya harapan dan visi yang sama dalam menjalani suatu hubungan 3. Gairah atau hasrat Setiap individu, seharusnya membawa yang terbaik dalam dirinya ketika menjalin suatu hubungan. Ciptakan momen momen spesial sebagai perekat hubungan cinta seperti halnya masa pacaran dulu. Bagi anda yang belum memasuki gerbang pernikahan, ada baiknya cek dulu apa alasan Anda dan pasangan dalam menjalin suatu hubungan (Hersiana et.al)
cinta itu tidak harus memiliki
Bayangkan skenario berikut ini: Anda sangat menyukai motor balap dan bermimpi untuk membelinya suatu saat. Jadi Anda mulai menabung, bahkan sampai sering lembur larut malam demi mendapatkan penghasilan lebih. Setelah cukup lama menabung akhirnya Anda bisa membeli motor yang Anda idam-idamkan.
Bayangkan perasaan Anda ketika mengendarai motor tersebut pulang ke rumah, bahagia bukan main! Anda merawat motor tersebut dengan sangat baik, mencucinya dengan hati-hati, rutin ke bengkel, tidak mengijinkan siapapun untuk mengendarainya, dan sangat emosional bila motor tersebut lecet atau menabrak sesuatu. Anda MENCINTAI motor Anda.
Satu hal yang harus disadari, Anda TIDAK MUNGKIN mencintai motor Anda sedemikian rupa apabila Anda BELUM memilikinya. Anda mencintai motor tersebut karena Anda telah menginvestasikan begitu banyak hal: waktu, tenaga, dan uang. Semua investasi tersebut hanya bisa dilakukan setelah Anda membeli dan MEMILIKI motor itu. Anda TIDAK MUNGKIN mencintai dan merawat motor yang masih berada di showroom! Kalau Anda hanya bisa melihat dari balik etalase dan berkhayal untuk memiliki motor tersebut, itu bukan cinta. Itu NGAREP!
Coba ganti skenario motor balap ini dengan gebetan Anda. Prinsipnya sama saja. Semakin besar investasi Anda pada suatu hal, semakin Anda merasakan cinta terhadap hal tersebut.
Anda mencintai orang yang SUDAH menjadi kekasih Anda. Jangan terbalik, bukan karena Anda mencintai dirinya maka Anda menjadikannya kekasih. Dalam tahap PDKT, proses yang terjadi adalah ketertarikan fisik dan interaksi sosial. Ketika Anda dan dia sudah SALING MEMILIKI dalam sebuah hubungan yang serius, akan ada banyak investasi yang Anda berikan untuk hubungan tersebut. Investasi waktu, tenaga, perasaan, emosi, dan uang. Di situlah cinta TUMBUH.
Kalimat ‘cinta tidak harus memiliki’ adalah sebuah penghiburan diri belaka bagi orang-orang yang ngarep dan hanya mampu berharap untuk memiliki. Bukan berarti cinta itu HARUS memiliki, tapi cinta ada KARENA (sudah) memiliki.
Mungkin Anda bertanya, “Lalu bagaimana dengan yang putus cinta? Apakah masih ada cinta di antara mereka?” Ya, masih. Karena mereka pernah saling memiliki. Setidaknya, ketika putus cinta, Anda masih memiliki KENANGAN akan cinta. Malah biasanya, orang yang mengalami putus cinta sebenarnya MENCINTAI KENANGAN tersebut, bukan sang mantan.
Penting bagi Anda untuk menyadari bahwa Anda hanya bisa mencintai sesuatu yang SUDAH ANDA MILIKI. Dalam konteks romansa, jelas maksudnya adalah Anda dan dia sudah menjadi sepasang kekasih dan MEMILIKI hubungan. Anda tidak perlu membuang-buang terlalu banyak investasi waktu, tenaga, emosi, dan uang untuk lawan jenis yang masih berstatus gebetan.
Tidak usah mengatakan cinta pada lawan jenis yang masih berstatus gebetan dan belum menjadi kekasih Anda. Karena itu akan sangat membebani Anda dan dirinya. Silakan bicara cinta kalau Anda sudah jadian. Bila hubungan itu ibarat pohon, maka pria adalah matahari yang menyinari dan wanita adalah air yang menyirami, dan cinta adalah buah manis yang dihasilkan pohon tersebut.
Nah bila pohonnya (hubungannya) saja tidak ada, bagaimana caranya bisa bicara cinta (buahnya)?
Langganan:
Postingan (Atom)