Minggu, 13 Juli 2014

Rinai di Malam Juli

Mungkin ilusiku saja, atau aku masih terbawa mimpi dalam tidurku.  Sebab entah, telah berapa malam ku temui hujan merinai menderai di bulan Juli ini. Mungkinkah tabah itu, tak lagi setabah dulu?

Menabahkan rindu dalam rahasia? Bagaimana? bahkan hujan memilih caranya, datang di tiap malam hanya menyampaikan rindunya pada pohon bunga itu. Meski bila pagi datang, pohon bunga tak pernah tahu, semalam hujan telah rinai menitikkan rindunya.
Dan kali ini, apakah bedanya aku dan hujan bulan juli? Aku telah berulang-ulang menabahkan rinduku yang lalu pada akhirnya menitik mewujud derai air mata. Iya, aku tak mampu menabahkan rinduku, yang berkali-kali dan tak henti akhirnya ku tulismu dalam doa pun aksara.
Dalam ketaktabahanku ini, dengan segala yang ku lafal dan ku tulis, serta ketak mampuan ku lagi mengatakannya dengan langsung, yang walau tak pasti kau tahu, walau tak lagi sempat matamu menjamah kataku, dan walau letih kau untuk sekedar tahu, aku hanya ingin mengatakan; betapa aku tak memiliki ketabahan merahasiakan rinduku. Aku ingin terus mengatakannya.
***
Bilakah luang waktumu, bacalah tentang rindu ini. Jika tlah kau baca, apakah yang ingin kau lakukan? Jika boleh meminta tentang begitu egoisnya rinduku, ku mohon tuntaskanlah rinduku.
Tentang pintaku — Apa yang ingin tertuntaskan, tak selalu harus seperti mau-ku. Hanya saja segeralah menuntaskannya. Sungguh betapapun akan manis atau pahit, kau akan menemukan bahwa aku akan menelannya :’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar