Minggu, 13 Juli 2014

Rumah Ternyaman ~

Jika hati adalah rumah bagi hati yang lain. Dan jika hati adalah tempat pulang paling nyaman. akankah kau ingin pulang pada rumah yang kuncinya telah ada padamu? di hatiku?
***
Di rumah ini, di hatiku. Aku suka untuk menunggumu, duduk di antara dua daun jendela dan sesekali melihat jauh ke arah kau akan datang. Aku menikmatinya, meski kadang hujan, panas dan badai silih berganti menerpa dari luar jendela. Aku suka untuk menunggumu seperti itu, tanpa aku harus menutup jendela dan menghitung seberapa lama waktu berlalu meninggalkanku. Mungkin kau bertanya, mengapakah aku tak jemu, hanya tergugu di tempat yang sama setiap waktu? Kau tahu bagaimana aku menikmati detik penantianku? Dan seperti apa cinta itu menjelma kebahagian yang membuat ku tetap tinggal di sana? Ah mungkin aku tak bisa menggambarkannya apatalagi hanya dengan menorehkannya dalam kata. Namun jika kau merasakan hal yang sama, aku yakin kau akan tahu.
Perihal kedatanganmu, kau akan datang bukan? aku harap. Dan tak perlu cemas, tentang apa yang ku inginkan dan seberapa lama aku akan menunggumu. Tentang inginku, meski hatiku tak bisa menjadi rumah ternyaman bagimu, kedatanganmu adalah hal yang tetap aku nantikan setidaknya kau dapat memberiku kunci yang pernah kusimpan di sakumu tanpa tahu-mu. Dan tentang menunggumu, tentu aku akan di sini, merawat rumah untuk menjadi tempat ternyaman kau pulang.
Seperti pagi tadi, mungkin tak bisa ku suguhkan yang terbaik selain aksara kata dalam seseduhan doa-doaku. Bahkan mungkin di waktu senja pun malam hanya itu yang bisa ku beri. Sebab hanya itu yang rumahku miliki — doa
Doaku – perihal rencana Tuhan menitipkan rasa ini padaku, kuharap adalah perihal cinta yang tak sekedar pelajaran saja. ku harap DIA segera menghadirkanmu untukku. Untuk menjaga hatiku, agar halal hatiku mencintaimu
Maka tentang doa ini, semoga tidak sedang mendikte TUHAN, kuharap hanya sebagai meminta belas kasih pada hati yang rapuh. Pun pada apapun kelak pada akhirnya yang tertakdir adalah yang terbaik. Untukmu dan untukku. Dan bukankah waktu dan jarak telah begitu tahu, bahwa aku akan baik-baik saja? Mencintai seseorang bukan melulu memiliki, karena hati tahu betul bagaimana mencintai bahkan pada sesuatu yang abu. Baiknya, karena aku bisa melakukan itu. Dan ya, aku percaya, denganmu aku akan bahagia dan tanpamu aku akan baik-baik saja.
Jika menunggumu dan mendoakanmu adalah bagian dari usahaku, Bolehkah ku pinta segeralah datang padaku – entah untuk tetap tinggal selamanya ataukah memintaku berhenti :)
Pada rumah ternyaman tempat kau tinggal, ku harap itu adalah — hatiku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar