Tentunya kita masih ingat tentang frase “membuka pintu hati”.
Pernyataan ini tidak hanya berlaku untuk urusan menerima atau menolak kehadiran seseorang dalam hidup kita.
Melainkan untuk hal apapun yang melibatkan perasaan hati, atau segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan. Hingga tindakan yang kita ambil sebagai respon terhadap suatu keadaan.
Pernyataan ini tidak hanya berlaku untuk urusan menerima atau menolak kehadiran seseorang dalam hidup kita.
Melainkan untuk hal apapun yang melibatkan perasaan hati, atau segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan. Hingga tindakan yang kita ambil sebagai respon terhadap suatu keadaan.
Hati kitalah yang menentukan, apakah kita mengalah atau melawan.
Hati jugalah yang menentukan, apakah kita akan mendendam atau memaafkan.
Lebih dari itu, hati lah yang menentukan, apakah kebaikan yang kita lakukan itu bernilai pahala di mata Tuhan, atau sekedar tebar pesona dihadapan sesama manusia.
Hati jugalah yang menentukan, apakah kita akan mendendam atau memaafkan.
Lebih dari itu, hati lah yang menentukan, apakah kebaikan yang kita lakukan itu bernilai pahala di mata Tuhan, atau sekedar tebar pesona dihadapan sesama manusia.
Pintu hati memainkan peranan untuk mencegah agar segala sesuatu yang kurang baik bagi kita tidak bisa memasuki relung hati.
Jika kita tak pernah menutupnya, segala sesuatu akan memasukinya tanpa kendali.
Jika kita tak pernah menutupnya, segala sesuatu akan memasukinya tanpa kendali.
Dan, jadilah kita orang yang terombang ambing oleh sistem nilai apapun yang datang dari luar.
Padahal, belum tentu segala hal yang datang dari luar itu baik adanya bagi kita.
Kalau pengaruh dari luar itu, akan menyakiti kita, mengapa kita mengizinkannya masuk juga?
Padahal, belum tentu segala hal yang datang dari luar itu baik adanya bagi kita.
Kalau pengaruh dari luar itu, akan menyakiti kita, mengapa kita mengizinkannya masuk juga?
Meski kita tak ingin sistem nilai sembarangan masuk kedalamnya, tetapi ada banyak hal lain yang justru harus masuk kedalam sanubari kita, karena ada banyak penyemangat hidup dari luar yang bisa membesarkan hati.
Ya benar, ini cuma sekedar teori.
Ya benar, ini cuma sekedar teori.
Namun begitu, mari kita coba lihat realitas kehidupan kita sehari hari.
Mulailah menanyakan pada diri sendiri, apakah kita dapat dengan mudah menerima nasihat nasihat baik dan sulit untuk menerima sentimen sentimen atau hasutan negatif?
Jika demikian, maka pintu hati kita berfungsi dengan baik.
Mulailah menanyakan pada diri sendiri, apakah kita dapat dengan mudah menerima nasihat nasihat baik dan sulit untuk menerima sentimen sentimen atau hasutan negatif?
Jika demikian, maka pintu hati kita berfungsi dengan baik.
Bagaimana kalau sebaliknya?
Pastilah pintu hati kita tidak berfungsi dengan baik.
Ketika hati kita dipenuhi oleh niat buruk, sikap dan perilaku kita juga akan semakin buruk.
Pastilah pintu hati kita tidak berfungsi dengan baik.
Ketika hati kita dipenuhi oleh niat buruk, sikap dan perilaku kita juga akan semakin buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar