Rabu, 15 Januari 2014

7 unsur kebudayaan dikabupaten banyumas

1.         Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
Tranportasi:
Kabupaten Banyumas dilalui jalan negara yang menghubungkan kota Tegal-Purwokerto, Purwokerto-Temangggung-Magelang/Semarang, serta jalan lintas selatan Bandung-Yogyakarta-Surabaya. Wangon merupakan persimpangan jalur Yogyakarta-Bandung dan Tegal-Cilacap.Angkutan umum bis antarkota diantaranya jurusan Jakarta, Tegal/Cirebon, Bandung, Semarang, Yogyakarta/Solo.
Kabupaten ini juga terdapat jalur kereta api lintas selatan Jakarta-Cirebon-Purwokerto-Yogyakarta-Surabaya. Stasiun Purwokerto merupakan stasiun paling besar di wilayah Jawa Tengah bagian barat. Di antara kereta api yang melintasi Purwokerto adalah: Bima (Jakarta Kota-Surabaya Gubeng), Argo Lawu (Jakarta Gambir-Solo Balapan).
Perlengkapan pada acara Begalan di banyumas :
a)      Pikulan atau mbatan:adalah alat pengangkat brenong kepang bagi peraga yang bernama Gunareka. Begal ini dari pihak pengantin pria atau kakung . Alat ini terbuat dari bambu yang melambangkan seorang pria yang akan berumah tangga harus dipertimbangkan terlebih dahulu, jangan sampai merasa kecewa setelah pernikahan sehingga ketika seorang pria mencari seorang calon isteri maka harus dipertimbangkan bibit, bobot, dan bebetnya.
b)      Pedang Wlira: adalah alat yang digunakan sebagai pemukul dengan ukuran panjang 1 meter, tebal 2cm, dan lebar 4 cm. Terbuat dari kayu pohon pinang. Pedang Wlira dibawa oleh Rekaguna dari pihak pengantin wanita yang menggambarkan seorang pria yang bertanggungjawab, berani menghadapi segala sesuatu yang menyangkut keselamatan
c)      Brenong Kepang: adalah barang – barang yang dibawa oleh Gunareka utusan dari keluarga mempelai pria berupa alat – alat dapur meliputi :
Alat –alat dapur
ü  Ilir merupakan kipas yang terbuat dari anyaman bambu melambangkan seseorang yang sudah berkeluarga agar dapat membedakan perbuatan baik dan buruk sehingga dapat mengambil keputusan yang bijak saat sudah berumah tangga.
ü  Cething adalah alat yang digunakan untuk tempat nasi terbuat dari bambu. Maksudnya bahwa manusia hidup di masyarakat tidak boleh semunya sendiri tanpa mempedulikan orang lain dan lingkunganya.Manusia adalah mahluk sosial yang butuh orang lain
ü  Kukusan adalah alat untuk menank nasi yang terbuat dari anyaman bamboo berbentuk kerucut yang mempunyai arti kiasan bahwa seseorang yang sudah berumah tangga harus berjuang untuk menckupi kebutuhan hidup semaksimal mungkin.
ü  Centhong adalah alat untuk mengambil nasi pada saat nasi diangi, yang terbuat dari kayu atau hasil tempurung kelapa. Maksudnya seorang yang sudah berumah tangga mampu mengoreksi diri sendiri atau introspeksi sehingga ketika mendapatkan perselisihan antara kedua belah pihak (suami dan istri) dapat terselesaikan dengan baik. Selalu mengadakan musyawarah yang mufakat sehingga terwujudlah keluarga yang sejahtera, bahagia lahir dan batin.
ü  Irus adalah alat untuk mengambil dan mengaduk sayur yang terbuat dari kayu atau tempurung kelapa. Maksudnya ialah sesorang yang sudah berumah tangga hendaknya tidak tergiur atau tergoda dengan pria atau wanita lain yang dapat mengakibatkan retaknya hubungan rumah tangga.
ü  Siwur adalah alat untuk mengambil air terbuat dari tempurung kelapa yang masih utuh dengan melubangi di bagian atas dan diberi tangkai. Siwur merupakan kerata basa yaitu, asihe aja diawur – awur. Artinya, orang yang sudah berumah tangga harus dapat mengendalikan hawa nafsu, jangan suka menabur benih kasih saying kepada orang lain.
ü  Saringan ampas atau kalo adalah alat untuk menyaring ampas terbuat dari anyaman
2.         Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
Dari jumlah penduduk ini, 47% diantaranya merupakan angkatan kerja. Mata pencaharian paling banyak adalah di sektor pertanian (42,34%), diikuti dengan perdagangan (20,91%), industri (15,71%), dan jasa (10,98%)
3.         Sistem kemasyarakatan
Dalam setiap masyarakat selalu dijumpai upacara-upacara yang biasa dikenal dengan istilah upacara adat-istiadat. Pengertian adat istiadat yang dimaksud yaitu berbagai aturan, kegiatan, dan kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun dan menjadi simbol bagi masyarakat pendukungnya. Penggunaan bahasa dalam ranah adat yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada adat-istiadat yang erat kaitannya dengan upacara-upacara kelahiran, pernikahan, dan kematian.
Pada upacara perkawinan penggunaan baju dipengaruhi oleh mempelai yang melangsungkan pernikahan. Apabila mempelai berasal dari sesama etnis Jawa lazimnya digunakan bahasa Jawa. Sebaliknya, apabila kedua mempelai berlainan etnis, mereka menggunakan bahasa indonesia . Penggunaan basasa Jawa dalam upacara perkawinan selain pada upacara akad nikah, juga dalam sambutan-sambutan yang disampaikan dari pihak mempelai.
Pada upacara kematian penggunaan baju lebih banyak dijumpai pada masyarakat pedesaan. Pada masyarakat perkotaan terutama dari golongan kelas menengah ke bawah juga terdapat pemakain baju dalam upacara tersebut.
Pemerintahan
Kota-kota di wilayah Banyumasan antara lain : BrebesTegalPemalangBanjarnegara,KebumenCilacapPurwokertoPurbalinggaSlawiBumiayuGombongMajenangBobotsari,AjibarangSumpiuhTanjungComalKetanggunganPurwarejaKroya dll.
4.         Bahasa (lisan maupun tertulis).
Dialek Bumiayu atau Bahasa Bumiayu, adalah dialek Bahasa Jawa yang dituturkan di daerah Bumiayu (Kabupaten Brebes) dan sekitarnya. Dialek ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan Dialek Banyumas dan Dialek Tegal, kosakata dan cara pengucapannya juga mirip. Hal yang membedakan dialek Bumiayu dengan banyumas hanya pada intonasi dan pemilihan kata.
Ada sebagian kata yang umum dipakai oleh orang Banyumas tetapi tidak digunakan oleh orangBumiayu. misalnya kata masuk, kata yang biasa dipakai oleh orang Banyumas adalah mlebutetapi orang Bumiayu memakai kata manjing, kedua kata tersebut sama-sama bahasa Jawa dan memiliki arti yang sama yaitu masuk kedalam ruangan.
Jika diteliti lebih jauh, bahasa Bumiayu banyak dipengaruhi oleh bahasa Sansekerta. Dalam tradisi budaya Jawa, bahasa Sansekerta berada di atas Krama Hinggil, bahasa Jawa yang dianggap paling halus. Kata "manjing", misalnya, sering dipakai oleh para dalang dalam cerita perwayangan. Kata "manjing" digunakan secara khusus untuk menggambarkan ruh yang masuk ke dalam diri sang Arjuna. Tapi di Bumiayu, kata tersebut digunakan untuk sembarang kalimat yang berkonotasi "masuk". "Ayame manjing umah", misalnya, berarti "ayamnya masuk rumah."
Dialek Bumiayu juga sering menambahkan akhiran ra (diucapkan rha), belih untuk mengakhiri kalimat, hal ini mungkin untuk menegaskan maksud dari kalimat tersebut. Misal:
·                     Ana apa, ra? ( Ada apa ?)
·                     Rikané masa ora ngerti, ra ? (Kamu masa ngga ngerti ?)
·                     Wis mangan, belih ? ( Sudah makan belum ?)
·                     Pan maring ngendi ? ( mau pergi kemana ?)
Dialek ini diucapkan oleh masyarakat dari Kecamatan Bumiayu Buaran-Bumiayu Paguyangan,Sirampog, dan Tonjong (Kabupaten Brebes
5.         Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya).
Budaya Banyumasan memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan wilayah lain di Jawa Tengah, walaupun akarnya masih merupakan budaya Jawa.
Diantara seni pertunjukan yang terdapat di Banyumas antara lain:
ü  Wayang kulit gagrag Banyumas, yaitu kesenian wayang kulit khas Banyumasan. Terdapat dua gagrak (gaya), yakni Gragak Kidul Gunung dan Gragak Lor Gunung. Kekhasan wayang kulit gragak Banyumasan adalah nafas kerakyatannya yang begitu kental dalam pertunjukannya.
ü  Begalan, adalah seni tutur tradisional yang pada upacara pernikahan. Kesenian ini menggunakan peralatan dapur yang memiliki makna simbolis berisi falsafah Jawa bagi pengantin dalam berumah tangga nantinya.
Kesenian musik tradisional Banyumas juga memiliki kekhasan tersendiri dibanding dengan kesenian musik Jawa lainnya, diantaranya:
ü  Calung, adalah alat musik yang terbuat dari potongan bambu yang diletakkan melintang dan dimainkan dengan cara dipukul. Perangkat musik khas Banyumas yang terbuat dari bambu wulung mirip dengan gamelan Jawa, terdiri atas gambang barunggambang penerusdhendhemkenonggong dan kendang. Selain itu ada juga Gong Sebuldinamakan demikian karena bunyi yang dikeluarkan mirip gong tetapi dimainkan dengan cara ditiup (Bahasa Jawa: disebul), alat ini juga terbuat dari bambu dengan ukuran yang besar. Dalam penyajiannya calung diiringi vokalis yang lazim disebut sinden. Aransemen musikal yang disajikan berupa gending-gending Banyumasan, gending gayaBanyumasanSurakarta-Yogyakarta dan sering pula disajikan lagu-lagu pop yang diaransemen ulang.
ü  Kenthongan (sebagian menyebut tek-tek), adalah alat musik yang terbuat dari bambu.Kenthong adalah alat utamanya, berupa potongan bambu yang diberi lubang memanjang disisinya dan dimainkan dengan cara dipukul dengan tongkat kayu pendek. Kenthongan dimainkan dalam kelompok yang terdiri dari sekitar 20 orang dan dilengkapi denganbedugseruling, kecrek dan dipimpin oleh mayoret. Dalam satu grup kenthongan, Kenthong yang dipakai ada beberapa macam sehingga menghasilkan bunyi yang selaras.
ü  Salawatan Jawa, yakni salah satu seni musik bernafaskan Islam dengan perangkat musik berupa terbang jawa. Dalam pertunjukan kesenian ini menyajikan lagu-lagu yang diambil dari kitab Barzanji.
ü  bongkel, yakni peralatan musik tradisional sejenis angklung, namun terdiri empat bilah berlaras slendro.
ü  Sejumlah tarian khas Banyumasan antara lain:
ü  lengger, merupakan tarian yang dimainkan oleh dua orang perempuan atau lebih. Di tengah-tengah pertunjukkan hadir seorang penari laki-laki disebut badhud (badut/bodor). Tarian ini umumnya dilakukan di atas panggung dan diiringi oleh alat musik calung.
ü  sintren, adalah tarian yang dimainkan oleh laki-laki yang mengenakan baju perempuan. Tarian ini biasanya melekat pada kesenian ebeg. Di tengah-tengah pertunjukan biasanya pemain ditindih dengan lesung dan dimasukan ke dalam kurungan, dimana dalam kurungan itu ia berdandan secara wanita dan menari bersama pemain yang lain.
ü  aksimuda, yakni kesenian bernafaskan Islam berupa silat yang digabung dengan tari-tarian.
ü  angguk, yakni kesenian tari-tarian bernafaskan Islam. Kesenian ini dilakukan oleh delapan pemain, dimana pada akhir pertunjukan pemain tidak sadarkan diri.
ü  aplang atau daeng, yakni kesenian yang serupa dengan angguk, dengan pemain remaja putri.
ü  buncis, yaitu paduan antara kesenian musik dan tarian yang dimainkan oleh delapan orang. Kesenian ini diiringi alat musik angklung.
ü  ebeg, adalah kuda lumping khas Banyumas. Pertunjukan ini diiringi oleh gamelan yang disebut bendhe.
6.         Sistem pengetahuan.
Sistem pengetahuan di kanupaten banyumas sbb:
1.                  sistem pengetahuan alam
2.                  sistem pengetahuan buatan
3.                  sistem pengrtahuan bercocok tanam
Kabupaten Banyumas memiliki perguruan tinggi negeri Universitas Jenderal Soedirman dan STAIN Purwokerto, yang berada di kota Purwokerto. Selain itu ada pula universitas swasta yakni Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan [Universitas Wijaya Kusuma] juga [STMIK Widya Utama Purwokerto]. Kabupatem Banyumas juga mempunyai paguyuban-paguyuban mahasiswa di beberapa Universitas di Indonesia,salah satunya adalah CLUBBAN UI yang merupakan paguyuban mahasiswa asal Banyumas di Universitas Indonesia. Ada juga Perguruan Tinggi Negeri di bidang kesehatan yaitu POLTEKKES KEMENKES SEMARANG yang mempunyai dua kampus terpadu, yaitu "Kampus 7 POLTEKKES KEMENKES SEMARANG"yang bertempat di Jalan Raya Baturaden KM 12, dan "Kampus 8 POLTEKKES KEMENKES SEMARANG" yang berada di Jalan Adipati Mersi Purwokerto Timur.
7.         Religi (sistem kepercayaan).
Sebagian besar penduduk banyumas beragama Islam dan mayoritas tetap mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal dengan istilah abangan.Agama lain yang dianut adalah ProtestanKatolikHinduBuddhaKong Hu Cu, dan puluhan aliran kepercayaan. Penduduk Jawa Tengah dikenal dengan sikap tolerannya. Sebagai contoh di daerah Muntilan,Kabupaten Magelang banyak dijumpai penganut agama Katolik, dan dulunya daerah ini merupakan salah satu pusat pengembangan agama Katolik di Jawa. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan populasi Kristen terbesar di Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar